Perlawanan Suku Dayak terhadap Jepang




Berawal dari peristiwa mandor merah
Kesultanan pontianak telah berdiri paling tidak sejak 1711 M, diprakarsai oleh Sultan Syarif Abdurahman Alkadrie. Kesultanan bercorak islam ini menjadi cikal bakal tumbuh dan berkembangnya peradaban melayu di tepi muara  sungai kapuas.
Dibawah wangsa alkadrie pemerintahan pun berjalan lancar dan damai. Pada suatu hari kesultanan pontianak melakukan hubungan diplomatis yang sehat dengan pemerintahan kolonial belanda.

Sultan alkadrie                  : selamat siang
Koloni belanda                  : siang juga, ada tujuan apa sultan sehingga membuat mu datang kesini?
Sultan alkadrie                  : aku hanya ingin bersilahturahmi dengan mu, apakah salah?
Koloni belanda                  : hahahaaa aku terima kedatangan mu sultan ! jangan basa-basi langsung saja ke inti permasalahannya sultan
Sultan alkadrie                  : baiklah, maksud tujuan saya kesini ingin menjalin hubungan antara kesultanan pontianak dengan belanda
Koloni belanda                  : sungguh mulia kedatangan mu sultan. . .
Koloni belanda 2               : apakah saya tidak salah mendengar sultan alkadrie?!
Sultan alkadrie                  : tidak, sudah aku utarakan tujuanku datang kemari. Apakah kalian menerimanya?
Koloni belanda 2               :  baiklah sultan alkadrie, kami pihak belanda menerima ajakan dari sultan

Keadaan itu berlangsung lama, hingga saat pemerintah kolonial belanda tekuk lutut dihadapan kekaisaran jepang, keadaan berubah haluan. Nampaknya cara penjajahan jepang lebih keji.
Di dalam kerajaan. . . .

Sultan alkadrie                  : wahai pangeran? Bagaimana keadaan masyarakat kerajaan?
Pangeran adipati              : keadaan sekarang masih terlihat damai sultan
Pangeran agung                               : benar sultan, kami tadi melewati pasar dan keadaanya damai dan hiruk pikuk pedagang dan pembeli
Sultan alkadrie                  : syukurlah jika begitu pangeran. Lalu apa yang dibutuhkan fasilitas untuk masyarakat?
Pangeran adipati              : untuk sekarang mungkin kita harus memperkuat keamanan sultan
Pangeran agung                               : iya sultan, kita sebaiknya melatih rakyat untuk berperang, agar rakyat siap ketika menghadapi perang

Namun jepang diluar sana telah membunuh rakyat pontianak dengan kejam. Dan pasukan jepang menuju ke kerajaan untuk membunuh sultan alkadrie.

Pasukan jepang                                : untuk apa kalian masih hidup dan tidak mau menuruti kemauan kami
Sultan alkadrie                  : ada apa ini!!
Pasukan jepang                                : sudah jangan banyak omong, anak buah cepat bawa sultan pengecut ke penjara, dan bunuh adipati dan pangeran agung

Akhirnya sultan alkadrie dimasukan ke penjara bersama keluarganya, namun pangeran adipati dan pangeran agung telah dibunuh oleh pasukan militer jepang.

Sultan alkadrie                  : hai mandor jepang osaki, lepaskan kami. . .
Osaki                                     : diam kau, nikmati sisa umurmu didalam penjara
Sultan alkadrie                  : kau tidak lama lagi akan dibunuh oleh panglima-panglima di dayak. Tunggu saja takdirmu
Osaki                                     : baiklah sultan, kita lihat siapa yang akan mati!!

Umur sultan alkadrie pun tidak lama, beliau meninggal di dalam penjara bersama keluarganya. jepang pun semakin semena-mena untuk memperkerjakan rakyat dayak, dan petinggi suku dayak pun merasa keadaan itu tidak pantas. Pang dandan, pang suma, dan panglinggan pun menemui mandor jepang yaitu osaki.

Osaki                                     : hahahahaaa. . . sungguh berani kalian datang kesini!! Sudah bosan hidupkah kalian. . .

Osaki melakukan tindakan kekerasan kepada petinggi suku dayak tersebut. Lalu petinggi suku dayak berhasil mengelak dan beralih melawan.

Pang suma                          : kami kemari ingin mengajak damai bukan untuk berperang
Osaki                                     : sudah jangan banyak alasan kalian. Kalian betiga tidak akan sanggup mengalahkan saya
Linggan dan dandan        : baiklah ayo kita buktikan. . .

Didalam ruangan mereka berkelahi dan osaki pun terbunuh oleh tokoh dayak tersebut.
Pihak jepang semakin kalang kabut dengan terbunuhnya osaki. Nagatani sebagai petinggi militer melakukan strategi balas dendam. Mendengar kabar itu warga melakukan tradisi mangkok merah yang pertanda buruk bagi jepang.

Pang suma                          : pang rati apakah kamu siap untuk  melawan nagatani dan miagi sebelum rakyat kita berperang
Pang rati                              : pang suma sampai titik darah penghabisan aku siap melindungi rakyat pontianak
Pang suma                          : baiklah sebaiknya kita harus bergerak, kita sergap nagatani dan miagi ketika dia berjalan didepan pasukannya
Pang rati                              : ayolah pang suma

Ditengah perjalanan nagatani dan miagi beserta pasukannya mereka dihadang oleh pang suma dan pang rati.

Pang rati                              : stop kalian!! Jika kalian berani hadapi kami dan langkahi mayat kami
Pang suma                          : kalian harus mengalahkan kami berdua sebelum kalian melawan rakyat ku.
Nagatani                              : baiklah, kalian hanya pengecut pontianak
Pang rati                              : diam mulut  kamu! Kita buktikan saja
Miagi                                     : baik. Jika kami yang kalah maka pasukan ku kembali jepang, namun jika kalian kalah, serahkan daerah pontianak ke jepang
Pang rati                              : kami terima penawaran anda
Nagatani                              : ya sudah jangan banyak cingcong, ayo miagi kita habisi mereka berdua

Perkelahian antara tokoh dayak dan tokoh jepang sangat sengit. Pang suma pun terkena tombak dipahanya, namun pang suma masih kuat melawan nagatani. Dan pada akhirnya nagatani terkena tombak pang rati dan miagi terkena pedang dari pang suma. Nagatani dan miagi terbunuh didepan hadapan pasukan jepang.
Akhirnya pasukan jepang kembali. . .

Pang rati                              : panglima ajun lihatlah pang suma terkena luka dipaha kirinya
Panglima ajun                    : bahaya, pasti pasukan jepang tidak akan tinggal diam, pasti akan melakukan serangan lagi
Pang suma                          : benar, dengan kondisi saya seperti ini apakah saya mampu membantu kalian melawan jepang
Panglima ajun                    : jangan takut, kami disini untuk mengabdi ke pontianak. Jadi apapun takdir itu sudah kehendak tuhan
Pang suma                          : benar, sampai tetes darah penghabisan, saya tidak akan membiarkan jepang melakukan serangan ke pontianak

Pasuka militer jepang pun datang dikediaman pang suma.

Petinggi militer                  : rupanya kalian bersembunyi disini. Jangan harap kalian bisa hidup

Pasukan jepang langsung menyerang pang suma, panglima ajun dan pang rati. Namun dengan banyaknya pasukan jepang mereka bertiga terbunuh oleh jepang.
Diluar sana ada panglima kilat dan panglima jangkang. Awalnya mereka datang untuk bertemu dengan ketika tokoh dayak itu, namun setelah ia sampai didepan pintu ketiga tokoh itu pun  telah diserang pasukan jepang. Dengan situasi seperti itu panglima kilat dan panglima jangkang menggerakkan kekuatan perang rakyat dayak.

Panglima kilat                    : rakyat dayak, jepang telah membunuh pang suma, panglima ajun dan pang rati. Kita tidak boleh tinggal diam
Panglima jangkang          : kita harus berperang.
Rakyat                                  : SIAP!!
Pangllima kilat                   : baiklah kita serang pasukan jepang.
Semua                                  : SERANG!!

Rakyar dayak pun kalah karena pasukan jepang telah menggunakan senapan canggih. Daerah meliaupun jatub ketangan jepang.
Kisah-kisah heroik ini yang langka dituturkan ini harusnya paling tidak bisa turut diulas dalam setiap moment peringatan hari pahlawan.

~TAMAT~

Comments

Popular posts from this blog

TEKNIK PENGOLAHAN BAHAN PANGAN

Materi Prakarya Evaluasi Hasil Usaha

Perlawanan Aceh terhadap VOC

Manusia Purba Homo Rhodesiensis atau Homo Africanus

Cara Membuat Kotak Pensil dari Tempurung Kelapa