Jenis-jenis Manusia Purba di Indonesia dengan Ciri-ciri, Penemu dan Tempat Penemuannya
Kehidupan manusia sebelum mampu mengenal tulisan
sering disebut dengan zaman praaksara,
seperti mengenai hewan-hewan serta manusia purba.
Para ahli membagi jenis manusia purba di Indonesia
menjadi 3 (tiga)! Pembagian
ini berdasar dari hasil penemuan fosil manusia purba.
Ketiga
jenis dari manusia purba tersebut yang terdapat di Indonesia ialah :
- Meganthropus
- Pithecanthropus
- Homo
1. Meganthropus (Manusia Besar)
Meganthropus
berasal dari 2 (dua) kata, yakni Megas yang
berarti "besar/raksasa" dan Anthropus yang
berarti "manusia".
Penemu : Von
Koenigswald, pada tahun 1936
Tempat Penemuan/Tempat Ditemukannya : Daerah Sangiran, Sragen, Jawa Tengah
Tahun : 1936
Hasil
penemuannya ini sering dikenal dengan nama Meganthropus Paleojavanicus, yang memiliki arti "manusia raksasa dari Jawa".
Jenis dari manusia purba ini memiliki rahang yang kuat dengan badan yang tegap.
Mereka
diperkirakan hidup dengan cara mengumpulkan bahan makanan, terutama
tumbuh-tumbuhan. Meganthropus diperkirakan hidup sekitar 2 hingga 1 juta tahun yang lalu sejak
penelitian.
Ciri- ciri :
- Memiliki tulang pipi yang tebal
- Memiliki otot kunyah yang kuat
- Memiliki tonjolan kening yang mencolok
- Memiliki tonjolan belakang yang tajam
- Tidak memiliki dagu
- Memiliki perawakan yang tegap
- Memakan jenis tumbuh-tumbuhan
Fosil dari manusia purba ini merupakan
fosil manusia purba yang tertua yang pernah ditemukan di Indonesia. Penemu
fosil ini, Van Koenigswald yang menemukan fosil berupa rahang atas yang giginya
lepas dan rahang bawah.
Fosil
Meganthropus Paleojavanicus ini dikatakan sebagai salah satu fosil manusia
purba paling primitif.
Sebelumnya,
penelitian manusia purba di Indonesia ini dipelopori oleh Eugene Dubois yang
berasal dari Belanga, Ny. Selenka, Ter Haar, Oppenoorth serta Von Koenigswald.
2. Pithecanthropus (Manusia Kera Berjalan Tegak)
Fosil manusia purba jenis Pithecanthrophus adalah
jenis fosil manusia purba yang paling banyak ditemukan di Indonesia.
Pithecanthropus sendiri berarti manusia kera yang berjalan tegak. Paling tidak
terdapat tiga jenis manusia Pithecanthropus yang ditemukan di Indonesia,
yaitu Pithecanthrophus erectus, Pithecanthropus mojokertensis, dan Pithecanthropus
soloensis. Berdasarkan pengukuran umur lapisan tanah, fosil Pithecanthropus
yang ditemukan di Indonesia mempunyai umur yang bervariasi, yaitu antara 30.000
sampai 1 juta tahun yang lalu.
Penemu
Pithecanthropus Erectus : Eugene
Dubois
Tempat Penemuan/Tempat Ditemukannya : Trinil, Ngawi, Jawa Timur
Tahun :
1891
Penemu Pithecanthropus Mojokertensis : Von Koenigswald
Tempat Penemuan/Tempat Ditemukannya : Jetis, dekat Mojokerto, Jawa Timur
Penemu Pithecanthropus Soloensis : Von Koenigswald, Ter Haar, dan
Oppenoorth
Tempat Penemuan/Tempat Ditemukannya : Ngandong, lembah Bengawan Solo
Ciri-ciri :
- Memiliki tinggi badan sekitar 165 - 180 cm
- Volume otak berkisar antara 750 - 1350 cc
- Bentuk tubuh dan anggota badan tetap, akan tetapi, tidak setegap Meganthropus
- Alat pengunyah dan alat tengkuk sangat kuat
- Bentuk graham besar dengan rahang yang sangat kuat
- Bentuk tonjolan kening tebal melintang di dahi dari sisi ke sisi
- Bentuk hidung tebal
- Bagian belakang kepala tampak menonjol menyerupai wanita berkonde
- Muka menonjol ke depan, dan dahi miring ke belakang
- Pemakan tumbuhan dan daging
Fosil Pithecanthropus Erectus ini yang
ditemukan berupa tulang rahang bagian atas tengkorak, geraham, dan tulang kaki.
Fosil ini ditemukan saat masa kala Pleistosen
Tengah.
Eugene
Dubois tidak berhasil mengambil fosil dari Pithecanthropus dengan jumlah yang
banyak melainkan hanya tempurung tengkorak, tulang paha atas dan 3 (tiga)
giginya saja.
Untuk
mendapatkan makanan, Pithecanthropus menggunakan alat-alat yang berasal dari
batu atau kayu yang telah dipungutnya. Meski telah menggunakan alat-alat dari
batu serta kayu dan memakan apapun yang terdapat di alam (tumbuhan dan hewan),
akan tetapi, tidak ditemukan adanya tanda-tanda jika makanan Pithecanthropus
tersebut sudah diolah dan dimasak terlebih dahulu sebelum dimakan.
Beberapa
contoh alat dari batu yang pernah digunakan oleh Pithecanthropus misalnya,
kapak genggam, kapak perimbas, kapak penetak, pahat, genggam, dan alat-alat
serpih. Alat ini banyak ditemukan di daerah Pacitan, Jawa Timur.
Kehidupan
Pithecanthropus Erectus sangat bergantung pada sumber alam yang sudah tersedia.
Mereka juga berburu, mengumpulkan makanan serta hidupnya juga berpindah-pindah
untuk mengikuti pengembaran hewan-hewan buruannya atau untuk mencari sumber
makanan yang ada di tempat lain.
3. Homo
Terdapat
2 (dua) jenis fosil homo yang ditemukan di Indonesia, yakni Homo Wajakensis dan Homo Soloensis.
A. Homo Wajakensis memiliki
arti manusia yang berasal dari Wajak.
Penemu Homo Wajakensis :
Eugene Dubois
Tempat Penemuan/Tempat Ditemukan : dekat Wajak, Tulungagung, Jawa Timur
Tahun :
1889
Wajakensis
ini sendiri diperkirakan menjadi nenek moyang dari Ras Australoid yang
merupakan penduduk asli Australia.
B. Homo Soloensis memiliki
arti manusia yang berasal dari Solo.
Penemu Homo Soloensis :
Ter Haar dan Oppenoorth
Tempat Penemuan/Tempat Ditemukan : Ngandong, lembah Bengawan Solo
Tahun :
antara tahun 1931 - 1934
Kehidupan
Homo Soloensis sudah lebih maju dengan adanya berbagai macam alat untuk
memenuhi kebutuhan dan mempertahankan hidup dari berbagai macam ancaman.
Ciri-ciri :
- Volume otak berkisar antara 1000 - 1200 cc
- Tinggi badan antara 130 - 210 cm
- Otot tengkuk mengalami penyusutan
- Muka tidak menonjol ke depan
- Berdiri tegak dan berjalan lebih sempurna
Homo Soloensis diperkirakan hidup
sekitar 900.000 sampai 300.000 tahun
yang lalu.
Menurut
Von Koenigswald, makhluk ini lebih tinggi tingkatannya dibandingkan dengan
Pithecanthropus Erectus. Oleh sebagian para ahli, Homo Soloensis ini
digolongkan dengan Homo Neanderthalensis yang merupakan manusia purba jenis
Homo Sapiens dari Asia, Eropa, dan Afrika yang berasal dari lapisan Pleistosen Atas.
Hasil
dari budaya manusia Homo Soloensis ialah kapak genggam/kapak perimbas, alat
serpih, alat-alat tulang, dan alat-alat zaman dahulu.
Homo
sapiens dan Homo wajakensis kemudian mengalami perkembangan. Jenis dari homo
ini diberi nama Homo Sapiens. Homo Sapiens lebih sempurna dilihat dari cara
berpikirnya walaupun masih sangat sederhana.
Homo
Sapiens berarti manusia yang cerdas, diperkirakan hidup 40.000 tahun yang lalu setelah penelitian. Jenis inilah yang
nantinya menjadi nenek moyang dari Bangsa Indonesia.
Homo floresiensis, ditemukan saat
penggalian di Liang Bua, Flores oleh tim arkeologi gabungan dari Puslitbang
Arkeologi Nasional, Indonesia dan University of New England, Australia pada
tahun 2003. Saat dilakukan penggalian pada kedalaman lima meter, ditemukan
kerangka mirip manusia yang belum membatu (belum menjadi fosil) dengan
ukurannya yang sangat kerdil. Manusia kerdil dari Flores ini diperkirakan hidup
antara 94.000 dan 13.000 tahun SM. Ciri-ciri Homo floresiensis antara lain, tinggi badan kurang dari 1
meter; berbadan tegap; berjalan secara bipedal; volume otak sekitar 417cc;
serta tidak memiliki dagu.
Comments
Post a Comment